Ini kali keduanya aku
ke Bali dalam waktu yang hanya berjarak satu minggu dengan liburan ke Bali
bersama keluarga. Perjalanan kali ini sangat berkesan karena menemani kak sahar
mengikuti tes calon pegawai sipil di Universitas Udayana. Dengan berbagai
informasi yang saya baca di beberapa forum backpaker, banyak bus-bus jurusan
Jogja - Bali yang menjadi rekomendasi. Setelah membandingkan sendiri dengan
mendatangi beberapa agen bus yang terkenal di jogja, akhirnya kami memilih
menaiki bus Wisata Komodo (Wiskom) yang berlokasi di janti. Dengan alasan yang
cukup sederhana memilih wiskom karena haraga yang di tawarkan lebih murah
dengan fasilitas yang sama di bandingkan bus lainnya.
Berbagai perlengkapan
tentu sudah saya siapkan dan tertata rapi di tas besar kesayangan kak sahar.
Ini kali pertamanya aku menaiki bus bersama kak sahar dalam perjalanan yang
lumayan jauh sekitar 10 jam. Keberangkatan berlokasi di salah satu agen wiskom
di janti. Harga yang sangat murah dengan fasilitas yang disediakan, bus ini
menjadi rekomendasi buat teman-teman yang ingin berangkat menggunakan bus ke
daerah timur Indonesia. Interior bus yang modern dan baru tentu memberi kenyaman
dalam perjalanan kami. Fasilitas yang ditawarkan wiskom seperti bantal dan
selimut tebal, LCD yang full film serta musik dengan sound sistim yang bagus
menemani perjalanan hingga tidak terasa kami sudah memasuki wilayah Surakarta.
Beberapa kursi yang kosong akhirnya penuh oleh penumpang yang naik di terminal
bus solo dan kernek bus membagikan snack yang terdiri dari roti dan minuman teh
kemasan.
Selama 8 jam perjalanan
darat dan akhirnya bus sampai di Ketapang, bus memasuki pelabuhan dan
bersiap-siap menyeberang menuju Gilimanuk. Dari Ketapang kita bisa melihat
kilau lampu dari pulau dewata. Selama 2
jam lebih kami menaiki feri dan akhirnya tibalah kami di pulau yang terkenal
dengan budayanya. Pemandangan yang tidak biasa yang pernah aku lihat beberapa
hari yang lalu kini aku rasakan lagi. Pura di halaman rumah, janur, dan wangi
dupa bukan hal yang aneh di Bali. selama hamper 3-4 jam tak terasa kami sudah
sampai diterminal bus Ubung yang merupakan salah satu terminal terbesar di
Bali. Turun dari bus kami langsung mengisi tenaga dengan makan nasi padang.
Nasi padang kami anggap makanan yang aman ketika berada di Bali. *aman karena
halal :D
Setelah mengisi
tenanga, kami berencana meminjam sepeda motor sebagai kendaraan yang akan kami
gunakan selama berada di Bali. Dengan diantar dua tukang ojek, kami menemukan
tempat persewaan sepeda motor yang berada di sekitar jalan Imam Bonjol. Harga
yang ditawarkan oleh sipemilik tidak begitu mahal yaitu 50 rb selama 24 jam.
Harga akan berkurang apabila meminjam lebih lama serta dilengkapi dengan dua
buah helm.
Setelah mendapatkan
kendaraan, kami melanjutkan perjalanan ke bukit Jimbaran dimana lokasi tes
diadakan. Kami berencana mencari penginapan murah yang dekat dengan lokasi tes
agar mudah dan tidak terlibat kemacetan pada hari tes. Banyak penginapan yang
terdapat sekitar kampus Udayanan. Harga permalam yang ditawarkan tergantung
dengan fasilitas yang disediakan pemilik penginapan. Akhirnya setelah
berkeliling-keliling kami mendapatkan sebuah penginapan yang murah dengan
standar hotel bintang tiga. Harga yang di patok perkamar dengan fasilitas tv,
air hangat, AC dan kulkas permalamnya adalah 150 ribu. Sangat beruntung sekali
bisa menginap di sini, dan pelayanan dari yang punya juga ramah. Sayangnya saya
lupa mengambil photo kamarnya sebagai gambaran dan perbandingan dengan
penginapan lain.
Kami sengaja tiba di
bali satu hari sebelum hari tes dengan maksud bisa beristirahat dan
mempersiapkan diri untuk mengikuti tes kemampuan dasar yang diadakan di
fakultas sastra. Sebelumnya pihak panitia memilih lokasi tes di fakultas hukum.
Ada perasaan kecewa terhadap panitia tes CPNS Kemdikbud di Bali, beberapa
informasi lokasi tes tidak jauh hari ditentukan dan minimnya informasi antara
panitia dan peserta. Akhirnya, saat yang di tunggu kak sahar pun tiba. Setelah
mempersiapkan diri aku ikut menemaninya pergi tes dan menunggu hingga selesai tes.
Rasa kecewa terhadap panitia tes semakin besar dengan dipindahkannya lokasi tes
yang sangat mendadak. Walaupun jaraknya tidak begitu jauh, tetapi kesalahan
kecil seperti ini akan membuat semangat peserta menurun. Walaupun sudah agak
lama menunggu di gedung yang semula di jadwalkan, untunglah ketika di pindahkan
ke gedung lain kak sahar tidak begitu telat dan masi bisa mengerjakan soalnya.
Jam 12 lebih akhirnya tespun selesai dan kami hanya bisa berdoa yang terbaik
yang disiapkan Tuhan untuk kak sahar dan aku.
Liburan Setelah Tes
Besok harinya setelah
berkemas dari penginapan kami berangkat ke Bedugul yang merupakan tujuan awal
tempat wisata yang ingin kami kunjungi. Perjalanan kami tempuh dengan
mengendarai motor selama 2 jam lebih. Kami menikmati perjalanan, walaupun cuaca
di Bali tidak menentu kadang hujan kadang panas. Entah apa yang di pikirkan kak
sahar ketika berangkat ke bedugul dia tidak menggunakan baju lengan panjang
ataupun sweeter, sehingga dia hanya memakai baju kaos lengan pendek. Hasilnya
dengan cuaca yang sangat panas kulitnya terbakar sinar matahari, parahnya
ketika hampir sampai Bedugul tepatya di desa Baturiti hujan lebat turun dan
kami kehujanan dan sempat berhenti menunggu hujan reda. Setelah melanjutkan
perjalanan, tiba-tiba hujan turun lagi dan akhirnya kami nekat berhujanan
sampai penginapan.
Setelah membenahi
pakaian yang basah kami mencari makan disekitar danau Beratan. Sepanjang
perjalanan menuju rumah makan Taliwang, saya terkesan dengan masyarakat disana
karena mayoritas beragama muslim. Konon mereka datang dari Lombok dan mendirikan
perkampungan muslim di Bedugul. Tidak hanya masjid, didesa itu terdapat
pesantren dan beberapa spanduk yang bertuliskan selamat hari raya haji. Ini
sangat menakjubkan sekali karena ditengah pulau yang mayoritas beragama hindu
terdapat perkampungan islam yang taat. Dengan kondisi demikin, saya tidak ragu
membeli makanan yang banyak terdapat di sepanajang jalan dananu Beratan. Kami
memilih rumah makan ayam taliwang yang tepat berada di depan masuk danau.
Memang sedikit mahal harga yang patok untuk sepotong ayam betutu yang saya
pesan. Tetapi ini tidak menjadi masalah karena laparnya perut dan rasa ayam
yang dibumbui kuning itu bisa mengisi tenaga untuk jalan-jalan hari berikutnya.
Pura Ulun Danu Bratan
Pukul 08.00 kami
siap-siap berangkat ke danau. Setelah sarapan mi rebus, kami menuju pintu masuk
pura. Pura ulun danu baratan sendiri buka 24 jam. Setelah membeli tiket, kami
segera masuk dan mencari enggel yang bagus untuk mendapatkan gambar pura.
Dengan teriknya panasnya matahari sedikit susah mendapatkan gambar bagus karena
cahaya yang tidak stabil. Lingkungan sekitar pura yang sangat luas dan banyak
taman-taman yang membuat kita betah berlama-lama di sekitar pura. Untungnya
kami datang saat hari raya Galungan, sehingga kami bisa menyaksikan beberapa
penduduk asli yang memakai pakaian khas bali yang berdoa disekitar pura. Di jalan
pulang, banyak terdapat toko oleh-oleh yang menjual berbagai hasil kerajinan
penduduk dan jajanan khas pegunungan seperti kerupuk ubi, kacang rebus, jagung
manis dan stroberi sebagai oleh-oleh dari ulun danu.
Setelah puas
berfoto-foto di pura ulun danu baratan, kami bersiap-siap kembali ke kuta dan
berencana menetap satu malam di kuta. Perjalanan ke kuta sendiri kurang lebih
kami tempuh 5 jam. Kami sengaja mengambil jalan lain untuk menuju pasar
sukowati untuk membeli oleh-oleh yang terkenal murah. 1 jam lebih kami
menghabiskan waktu berkeliling-keliling pasar dan mencari beberapa barang yang
menarik. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan selama 11-2 jam ke Kuta dan
mencari penginapan sekitar jalan Poopies II. Setelah mendapatkan penginapan,
kami menyempatkan melihat sunset Pantai Kuta yang terkenal indah. Karena ini
malam terakhir berada di bali, kami berencana jalan-jalan dan mengelilingi
lokasi yang dekat dengan penginapan. Tetapi dengan tubuh yang begitu lelah,
kami mengurungkan niat dan hanya mencari makan malam.
Hari kepulangan, aku
dan kak sahar menyempatkan ke monumen bom Bali yang terletak di jalan Legian
dan tidak begitu jauh dari penginapan. Jalanan legian pagi itu sangat sepi yang
terlihat hanya penyapu jalan dan beberapa turis local yang berpoto. Sedangkan
turis asing masih tertidur pulas karena kehidupan sekitar legian dan kuta
selalu ramai dan akan terus ramai bila malam. Setelah sarapan pagi di
penginapan, kami langsung berangkat membeli oleh-oleh di jogger dan lanjut mengembalikan sepeda motor. Perjalanan ke
terminal ubung untuk menaiki bus dan kembali ke jogja kami lanjutkan dengan
menaiki angkot dengan membayar 10 ribu untuk dua orang. Sebelumnya kak Sahar
sudah memesan bus yang sama yaitu wisata komodo. Jam 2 lebih bus berangkat dan
sama seperti berangkat ke Bali, fasilitas yang ditawarkan memberi kenyamanan
bagi penumpang.
Dalam perjalanan
pulang, setelah makan malam di jember dan melanjutkan perjalanan pulang saya
teringat kata-kata kak Sahar kalau di sekitar jember ke Purbolinggo ada gardu
listrik terbesar di Indonesia yang kalau malam hari akan terlihat seperti yang
terdapat di film City of Ember. Akhirnya kami melewati gardu dan berusaha
mengambil photo walaupun tidak begitu jelas, tetapi sudah lumayan untuk kami
sebagai kenangan. Bangunan gardu sangat terang dan sangat luas. Tidak banyak
cerita dalam perjalanan pulang ini karena melewati malam dan tubuh yang lelah,
akhirnya sekitar pukul 9 pagi kami sampai di jogja dan turun di janti.
Ada beberapa hal yang
menarik yang tidak akan pernah saya lupa selama perjalanan:
Saya ingin sekali membeli salak Bali, karena
belum musimnya jadi agak jarang yang menjual salak. Sampai akhirnya terbawa
mimpi dan karena kasian kak sahar akhirnya bersedia mengantarkan membeli salak
di Kuta. Senangnya mendapatkan apa yang diinginkan sampai harga 75.000/kg salak
tidak masalah. Agak sedikit kecewa dengan harga yang sangat mahal untuk ukuran
salak.
Selama di Bali, kami selalu makan di
rumah makan padang. Dengan asumsi, rumah makan padang sudah jelas halalnya.
Kami selalu menggunakan GPS agar
mengetahui arah jalan walaupun kadang kali kami salah jalan.
Aku dan kak sahar berharap kami bisa
liburan dengan budget yang minim ala backpacker. Tetapi apa yang kami alami
tidak seperti yang dibayangkan kami memang backpacker dengan budget besar.
Itulah cerita
perjalanan liburan singkat aku dan kak sahar ke Bali, dan mungkin akan ada
rencana perjalanan berikutnya yang akan aku ceritakan di postingan berikutnya. J
Pura Ulun Danu Beratan
Ayam Betutu
Danu Beratan
Narsis
Pulangnya nyempetin makan duren :D
Monumen bom Bali