Sabtu, 26 Oktober 2013

Bali Part I

Saya membagi cerita ini menjadi dua bagian. Yang pertama cerita liburan kebali bersama keluarga dan yang kedua liburan kebali bersama kak sahar sembari menemani dia tes CPNS di Universitas Udayana. Nah pada bagian ini, saya akan bercerita tentang menariknya liburan bersama keluarga besar.

Sudah lama kami sekeluarga merencanakan liburan bersama ke sebuah tempat yang berada di luar pulau Sumatra. Entah kenapa momen wisuda menjadi ajang pemanfaatan waktu liburan bagi orang tua dan kaka-kakaku untuk mengambil cuti yang agak lama. Benar saja, wisuda ku yang sudah ditetapkan pada hari kamis menjadi sangat menarik bagi keluargaku untuk merencanakan liburan keluar kota sembari menghadiri upacara sakral gelar masterku. Setelah hampir sebulan berdiskusi, kami sekeluarga memutuskan Bali sebagai tempat yang beruntung kami kunjungi. *Sombongnyaaaaa…. J
Tepatnya dua hari setelah acara wisudaku dan setelah puas berkeliling di jogja, kami sekeluarga berangkat menuju bandara adi sucipto Yogyakarta untuk menaiki pesawat yang menerbangkan kami ke bandara Ngurah Rai Bali. Tepat pukul 15.45 pesawat terbang menuju pulau dewata. Dengan perbedaan waktu lebih cepat satu jam, kami tiba di bali sudah gelap dan tercium aroma khas Bali sambil menunggu datangnya bagasi.
Keluar dari bandara kami langsung disambut oleh driver hotel Ibis kuta yang sebelumnya sudah di pesan oleh teman kakaku saya yang berada di bali. Jadi tanpa susah payah, kami langsung di bawa ke tempat beristirahat yang tidak begitu jauh dari bandara. Penawaran harga dan fasilitas kamar serta sarapan yang ditawarkan hotel sebanding dengan harga yang dipatok si menejer. Dengan harga yang lumayan mahal, dan kenyamanan yang ditawarkan tetap saja aku bermasalah dengan tidur. Entah apa masalahnya setiap tempat baru yang aku kunjungi mata dan pencernanku menjadi tidak normal dan membutuhkan penyesuain, sehingga malam itu saya hanya tidur satu jam, dan menunggu pagi yang sangat lama.
Akhirnyaaaa, setelah sarapan dengan menu yang serba ada, perjalananpun dimulai dengan mengunjungi pusat oleh-oleh kerajinan batik Sari Amerta sambil menunggu dimulainya pertunjukan barong dan keris di Jambe budaya daerah Batubulan. Di galeri ini, kita bias menjumpai berbagai hasil kerajinan bali mulai dari batik bali, kain khas bali, tenunan bali, dan lukisan-lukisan dari seniman bali. Disini, kita juga bias melihat proses pembatikan kain batik bali yang tidak jauh berbeda dengan cara membatik pada umumnya.

Waktu pertunjukan barong dan kerispun dimulai. Disini para turis disajikan kesenian bali yang diawali dengan tari pendet dan cerita tentang barong dan keris yang terdiri dari beberapa bagian. Barong dan keris sendiri merupakan cerita yang menggambarkan tentang kebajikan dan kebatilan. Barong adalah wujud kebajikan sedangkan kebatilan berwujud Rangda. Singkat cerita dari drama ini, barong mempunyai kesaktian berupa kekebalan yang tidak bisa dilawan oleh rangda. Berbagai usaha yang dilakukan rangda termasuk memberi kekebalan kepada pengikutnya menjadikan pertarungan antara barong dan rangda tidak pernah berakhir. Sedangkan keris adalah senjata yang digunakan pengikut rangda untuk membunuh barong. Tetapi tetap saja tidak berhasil. Satu hal yang menarik dalam pertunjukan ini adalah hadirnya seorang juru kunci diatas panggung sambil membakar dupa dan sesajen yang berjalan mengitari panggung. Konon katanya saat si penari memegang keris mereka dirasuki oleh parah roh nenek moyang yang memberikan kekebalan. Pertunjukan ini sama halnya seperti debus yang memperlihatkan kekebalan. Dalam sebuh pertunjukan juga sering terjadi kesurupan pemain yang bertingkah aneh. Dan apabila hal ini terjadi, si juru kunci berperan penting untuk menyadarkan si pemain. Sebuah pertunjukan yang menarik yang sebaiknya dikunjungi ketika berada di bali. Terakhir sebagai kenangan, para turis diijinkan berphoto dengan si barong dan penari bali yang ada di lingkungan teater.
Berangkat dari batubulan, kami langsung ke Tanjung Benoa untuk menikmati water sport yang merupakan ciri khas objek wisata ini. Berbagai permainan air tersedia disini. Tetapi sangat disayangkan tariff yang dikenakan disetiap permainan sangat mahal untuk turis lokal atau para back paker. Bersama saudara laki-laki saya, kami memilih paraseling untuk menantang adrenalin terbang menggunakan parasut yang ditarik oleh speedboat sebanyak satu kali putaran selama 15 menit. Rasa deg-degan tentu menghujani kami, tapi karena besarnya rasa penasaran, akhirnya secara bergantian kami terbang. Waaaahhhhh kata-kata yang pertama muncul ketika berada di atas permukaan laut bening dengan hamparan terumbu karang di bawahnya. Terlihat pemandangan bawah laut dari atas paraseling menandakan bersihnya air laut tanjung benoa dari pencemaran. Hal yang sepatutnya di tiru oleh beberapa daerah yang terdapat di pesisir Indonesia untuk menjaga kebersihan laut, sehingga ekosistim laut terus berlangsung.
Setelah puas terbang dengan paraseling, kami melanjutkan perjalanan kepulau penyu. Untuk mengunjungi pulau ini, dikenakan biaya 100 ribu perorang. Biaya tersebut bisa saja mahal karena kita harus menaiki perahu yang telah berjejer di pinggiran pantai. Biaya akan terasa lebih murah apabila semakin banyak turis dalam perahu asalkan tidak melebihi kapasitas siperahu sendiri. Menaiki perahu kita mendapat roti sebagai umpan agar ikan-ikan mendekat keperahu dan kita bias menikmati berbagai jenis ikan karang yang bermain sambil menyantap roti yang kita kasih. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan ke pulau penyu sebagai tujuan utama. Memasuki pulau ini, saya sedikit kecewa karena tidak seperti yang saya bayangkan. Lokasi ini lebih terlihat seperti pusat penangkaran penyu yang hanya terdapat beberapa penyu. Walaupun begitu, kami tidak melewatkan kesempatan untuk mengabadikan sipenyu-penyu untuk berpose bersama. Selain penyu terdapat juga berbagai hewan khas bali seperti elang bali, iguana, ular, kalong yang sudah di jinakan dan bisa ikut berphoto.
Setengah hari perjalanan kami merasakan lapar dan memutuskan untuk mencari rumah makan yang halal. Sekarang ini, tidak susah untuk mencari makanan halal di bali, karena sudah banyak tersedia makanan padang dan berlabel halal. Sehingga kita tidak ragu untuk mengisi perut penyedia energy ke lokasi berikutnya.
Tanah lot adalah tempat terakhir yang kami kunjungi pada hari itu. Kata orang, tidak afdol rasanya kalo ke Bali tidak mengunjungi tanah lot. Saya tidak akan banyak bercerita tentang tanah lot ini, karena pasti banyak diantara kita yang sudah pernah ke sini atau hanya mengetahui dari orang-orang yang sudah pernah berkunjung, bahkan dengan adanya internet banyak para blogger lainnya yang membuat cerita tentang tanah lot.
Keeksotisan pulau dewata ini, menjadi daya tarik banyak orang untuk berlibur dan menikmati nuansa budaya khas bali. Tidak salah, banyak para pecinta photografi menjadikan Bali sebagai objek photo mereka.


uni Launa dengan Pembatik bali di Sari Amerta

Photo bersama Barong dan penari bali

Si juru kunci sedang berdoa dalam pertarungan barong dan keris

Siap-siap terbang


Meendarat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar