Sudah lama kami
sekeluarga merencanakan liburan bersama ke sebuah tempat yang berada di luar
pulau Sumatra. Entah kenapa momen wisuda menjadi ajang pemanfaatan waktu
liburan bagi orang tua dan kaka-kakaku untuk mengambil cuti yang agak lama. Benar
saja, wisuda ku yang sudah ditetapkan pada hari kamis menjadi sangat menarik
bagi keluargaku untuk merencanakan liburan keluar kota sembari menghadiri
upacara sakral gelar masterku. Setelah hampir sebulan berdiskusi, kami
sekeluarga memutuskan Bali sebagai tempat yang beruntung kami kunjungi.
*Sombongnyaaaaa…. J
Tepatnya dua hari
setelah acara wisudaku dan setelah puas berkeliling di jogja, kami sekeluarga
berangkat menuju bandara adi sucipto Yogyakarta untuk menaiki pesawat yang
menerbangkan kami ke bandara Ngurah Rai Bali. Tepat pukul 15.45 pesawat terbang
menuju pulau dewata. Dengan perbedaan waktu lebih cepat satu jam, kami tiba di
bali sudah gelap dan tercium aroma khas Bali sambil menunggu datangnya bagasi.
Keluar dari bandara
kami langsung disambut oleh driver hotel Ibis kuta yang sebelumnya sudah di
pesan oleh teman kakaku saya yang berada di bali. Jadi tanpa susah payah, kami
langsung di bawa ke tempat beristirahat yang tidak begitu jauh dari bandara. Penawaran
harga dan fasilitas kamar serta sarapan yang ditawarkan hotel sebanding dengan
harga yang dipatok si menejer. Dengan harga yang lumayan mahal, dan kenyamanan
yang ditawarkan tetap saja aku bermasalah dengan tidur. Entah apa masalahnya
setiap tempat baru yang aku kunjungi mata dan pencernanku menjadi tidak normal
dan membutuhkan penyesuain, sehingga malam itu saya hanya tidur satu jam, dan
menunggu pagi yang sangat lama.
Akhirnyaaaa, setelah
sarapan dengan menu yang serba ada, perjalananpun dimulai dengan mengunjungi pusat
oleh-oleh kerajinan batik Sari Amerta sambil menunggu dimulainya pertunjukan
barong dan keris di Jambe budaya daerah Batubulan. Di galeri ini, kita bias menjumpai
berbagai hasil kerajinan bali mulai dari batik bali, kain khas bali, tenunan
bali, dan lukisan-lukisan dari seniman bali. Disini, kita juga bias melihat
proses pembatikan kain batik bali yang tidak jauh berbeda dengan cara membatik
pada umumnya.
Waktu pertunjukan
barong dan kerispun dimulai. Disini para turis disajikan kesenian bali yang
diawali dengan tari pendet dan cerita tentang barong dan keris yang terdiri
dari beberapa bagian. Barong dan keris sendiri merupakan cerita yang
menggambarkan tentang kebajikan dan kebatilan. Barong adalah wujud kebajikan
sedangkan kebatilan berwujud Rangda. Singkat cerita dari drama ini, barong
mempunyai kesaktian berupa kekebalan yang tidak bisa dilawan oleh rangda. Berbagai
usaha yang dilakukan rangda termasuk memberi kekebalan kepada pengikutnya
menjadikan pertarungan antara barong dan rangda tidak pernah berakhir. Sedangkan
keris adalah senjata yang digunakan pengikut rangda untuk membunuh barong. Tetapi
tetap saja tidak berhasil. Satu hal yang menarik dalam pertunjukan ini adalah
hadirnya seorang juru kunci diatas panggung sambil membakar dupa dan sesajen
yang berjalan mengitari panggung. Konon katanya saat si penari memegang keris
mereka dirasuki oleh parah roh nenek moyang yang memberikan kekebalan. Pertunjukan
ini sama halnya seperti debus yang memperlihatkan kekebalan. Dalam sebuh
pertunjukan juga sering terjadi kesurupan pemain yang bertingkah aneh. Dan apabila
hal ini terjadi, si juru kunci berperan penting untuk menyadarkan si pemain. Sebuah
pertunjukan yang menarik yang sebaiknya dikunjungi ketika berada di bali. Terakhir
sebagai kenangan, para turis diijinkan berphoto dengan si barong dan penari
bali yang ada di lingkungan teater.
Berangkat dari
batubulan, kami langsung ke Tanjung Benoa untuk menikmati water sport yang merupakan
ciri khas objek wisata ini. Berbagai permainan air tersedia disini. Tetapi sangat
disayangkan tariff yang dikenakan disetiap permainan sangat mahal untuk turis
lokal atau para back paker. Bersama saudara laki-laki saya, kami memilih
paraseling untuk menantang adrenalin terbang menggunakan parasut yang ditarik
oleh speedboat sebanyak satu kali putaran selama 15 menit. Rasa deg-degan tentu
menghujani kami, tapi karena besarnya rasa penasaran, akhirnya secara
bergantian kami terbang. Waaaahhhhh kata-kata yang pertama muncul ketika berada
di atas permukaan laut bening dengan hamparan terumbu karang di bawahnya. Terlihat
pemandangan bawah laut dari atas paraseling menandakan bersihnya air laut tanjung
benoa dari pencemaran. Hal yang sepatutnya di tiru oleh beberapa daerah yang
terdapat di pesisir Indonesia untuk menjaga kebersihan laut, sehingga ekosistim
laut terus berlangsung.
Setelah puas terbang
dengan paraseling, kami melanjutkan perjalanan kepulau penyu. Untuk mengunjungi
pulau ini, dikenakan biaya 100 ribu perorang. Biaya tersebut bisa saja mahal
karena kita harus menaiki perahu yang telah berjejer di pinggiran pantai. Biaya
akan terasa lebih murah apabila semakin banyak turis dalam perahu asalkan tidak
melebihi kapasitas siperahu sendiri. Menaiki perahu kita mendapat roti sebagai
umpan agar ikan-ikan mendekat keperahu dan kita bias menikmati berbagai jenis
ikan karang yang bermain sambil menyantap roti yang kita kasih. Setelah itu,
perjalanan dilanjutkan ke pulau penyu sebagai tujuan utama. Memasuki pulau ini,
saya sedikit kecewa karena tidak seperti yang saya bayangkan. Lokasi ini lebih
terlihat seperti pusat penangkaran penyu yang hanya terdapat beberapa penyu. Walaupun
begitu, kami tidak melewatkan kesempatan untuk mengabadikan sipenyu-penyu untuk
berpose bersama. Selain penyu terdapat juga berbagai hewan khas bali seperti
elang bali, iguana, ular, kalong yang sudah di jinakan dan bisa ikut berphoto.
Setengah hari
perjalanan kami merasakan lapar dan memutuskan untuk mencari rumah makan yang
halal. Sekarang ini, tidak susah untuk mencari makanan halal di bali, karena
sudah banyak tersedia makanan padang dan berlabel halal. Sehingga kita tidak
ragu untuk mengisi perut penyedia energy ke lokasi berikutnya.
Tanah lot adalah tempat
terakhir yang kami kunjungi pada hari itu. Kata orang, tidak afdol rasanya kalo
ke Bali tidak mengunjungi tanah lot. Saya tidak akan banyak bercerita tentang
tanah lot ini, karena pasti banyak diantara kita yang sudah pernah ke sini atau
hanya mengetahui dari orang-orang yang sudah pernah berkunjung, bahkan dengan
adanya internet banyak para blogger lainnya yang membuat cerita tentang tanah
lot.
Keeksotisan pulau
dewata ini, menjadi daya tarik banyak orang untuk berlibur dan menikmati nuansa
budaya khas bali. Tidak salah, banyak para pecinta photografi menjadikan Bali
sebagai objek photo mereka.
uni Launa dengan Pembatik bali di Sari Amerta
Photo bersama Barong dan penari bali
Si juru kunci sedang berdoa dalam pertarungan barong dan keris
Siap-siap terbang
Meendarat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar