Senin, 23 September 2013

Ujian Cinta di Pare


 “Tanggal 22 hari apa?"

“Minggu, kenapa kak? Tanyaku”.

Kamu jadi ke pare?”

“Iya jadi.”

Aku anter kamu kesana.”

Tentereeeeeng… asyiiikkkk…. J bahagia yang tak tertahan. ..

Akhirnya setelah memesan travel rute Jogja – Pare, aku dan sang kekasih berangkat jam 7 malam. Dan berharap kita akan sampai di tujuan pada pagi hari. Berkeliling di kampung inggris ini seperti mendapatkan surga baru bagiku, yang bosan akan rutinitas yang gak jelas di Jogja. Belajar sambil refreshing alternative liburan terdahsyat bagiku di akhir-akhir tahun ini. Sudah lama aku ingin ke kota ini dan merasakan aroma inggris khas jawa.

Kak sahar sebagai alumni dari kampung ini menjadi pemandu untuk mencari-cari tempat kursus. Entah berapa kilometer kita berkeliling-keliling sampai akhirnya kakiku pegal dan ingin membaringkan badan.
Pembicaraan panjang dan sebuah perdebatan selalu mewarnai topik bahasan kami. Kukuh dengan pendapat masing-masing sampai akhirnya rasa kesal dalam hati tidak mengurangi rasa sayang dan keinginan untuk memeluk dan mencium. Ini yang aku suka dari dia, tidak pernah marah, kesal, benci dengan omonganku dan keras kepalanya aku. Sejujurnya, aku tidak pernah cemburu buta dan aku sangat percaya dengan apa yang dia katakan. Perasaanku selalu tenang bersama dia.

Setelah seharian melewati waktu bersama, akhirnya saat berpisahpun datang, sedih rasanya mengingat aku sendiri di kota asing ini dan dia pergi meninggalkan aku untuk tugas yang lebih penting.

Aku akan jemput kamu 2 minggu lagi. Biarkan doa-doa kita yang memeluk kerinduan kita”.

hari kedua sampai ke ketujuh

Aku memberikan judul ini karena rencana yang semula sampai hari ke empat belas malah tertunda tujuh hari di pare. Panggilan tes mendadak ke Jakarta memaksa aku untuk cepat berkemas dan mempersiapkan diri untuk menghadapi tes kemampuan dasar oleh lembaga penyedia barang dan jasa. Sebagai pengangguran tingkat tinggi, aku benar-benar mengharapkan sebuah pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan keahlianku. Perasaan senang bercampur sedih melanda hari terakhirku belajar di salah satu lembaga kursus di kampung bahasa inggris. Berteman dengan brondong yang usianya jauh kebih muda membawa aku sedikit merasa menjadi ABG "alias anak baru gede" lagi. Maklum saat ini usiaku sudah cukup dewasa untuk memikirkan nasib hidupku kedepan di banding mereka yang baru melepas celana abu-abu.
Selama belajar di lembaga kursus yang aku pilih ini, aku mendapat banyak ilmu yang semula tidak aku mengerti dengan bahasa inggris. Walaupun waktu seminggu sangatlah singkat, tapi ada beberapa tutor yang berbaik hati memberikan kursus tambahan mengingat singkatnya waktu yang aku miliki. Dan benar saja, sedikit perubahan dari cara membaca bahasa burung yang rumit ini menjadi jelas untuk aku pahami. Memang benar kata kak sahar, “ kamu hanya butuh membaca dan mengulang apa yang sudah pernah diajarkan kepadamu”

Hari terakhirpun datang,

Aku sudah di pare, aku temui kamu nanti

Antara senang dan kesal, kenapa tidak ada kabar sebelumnya..

Hal semacam ini juga bikin kita marah dan mungkin ini hal yang sepele untuk memisahkan kami.

Tapi untung, dengan kesabaranku yang tersisa dan kesabaran kak sahar yang kuat, kami baikan lagi J

Sungguh laki-laki idaman, mengantar dan menjemputku sebagai bentuk sayang dan wujud janjinya kepadaku.

Mungkin kalau aku ceritakan semua, kalian pasti akan iri dengan kisahku, jadi aku putuskan stop dan menyambungnya untuk cerita berikutnya.