Selasa, 19 November 2013

Infinite

entah setan apa yang melintasi kami berdua sehingga terjadi perdebatan yang sebenarnya tidak penting ini. Tuhan mungkin telalu sayang kepada kami sehingga cobaan selalu diberikan dalam keseriusan niat baik kami. Malam ini akan terasa panjang bagiku, dan mata ini akan semakin semabab seiring lelah dan banyaknya airmata yang telah keluar. bahkan sampai aku menulis ini, tetesannya membasahi notebook kesayanganku.

apa kamu juga merasakan apa yang aku rasakan?
atau kamu sudah terhanyut dalam mimpi indahmu?
apakah kamu mengkhawatirkan apabila terjadi sesuatu dengan aku?
apakah kamu akan menangis kalau aku bilang saat ini aku terluka dan meratapi hubungan kita?

masih sangat jelas kata-kata puisi yang kamu tulis di blog kita.
dan masi sngat jelas kata-kata balasan dari aku atas puisimu.
bisa dihitung detik hal yang sudah manis berubah menjadi pahit.

perenungan akan keseriusan niat menjaga dan dijaga.
mencintai dan dicintai.
dan saling melengkapi.

=lewat tengah malam=
di kesunyian Malam

Senin, 04 November 2013

Perjalanan Demi Masa Depan

Ini kali keduanya aku ke Bali dalam waktu yang hanya berjarak satu minggu dengan liburan ke Bali bersama keluarga. Perjalanan kali ini sangat berkesan karena menemani kak sahar mengikuti tes calon pegawai sipil di Universitas Udayana. Dengan berbagai informasi yang saya baca di beberapa forum backpaker, banyak bus-bus jurusan Jogja - Bali yang menjadi rekomendasi. Setelah membandingkan sendiri dengan mendatangi beberapa agen bus yang terkenal di jogja, akhirnya kami memilih menaiki bus Wisata Komodo (Wiskom) yang berlokasi di janti. Dengan alasan yang cukup sederhana memilih wiskom karena haraga yang di tawarkan lebih murah dengan fasilitas yang sama di bandingkan bus lainnya.

Berbagai perlengkapan tentu sudah saya siapkan dan tertata rapi di tas besar kesayangan kak sahar. Ini kali pertamanya aku menaiki bus bersama kak sahar dalam perjalanan yang lumayan jauh sekitar 10 jam. Keberangkatan berlokasi di salah satu agen wiskom di janti. Harga yang sangat murah dengan fasilitas yang disediakan, bus ini menjadi rekomendasi buat teman-teman yang ingin berangkat menggunakan bus ke daerah timur Indonesia. Interior bus yang modern dan baru tentu memberi kenyaman dalam perjalanan kami. Fasilitas yang ditawarkan wiskom seperti bantal dan selimut tebal, LCD yang full film serta musik dengan sound sistim yang bagus menemani perjalanan hingga tidak terasa kami sudah memasuki wilayah Surakarta. Beberapa kursi yang kosong akhirnya penuh oleh penumpang yang naik di terminal bus solo dan kernek bus membagikan snack yang terdiri dari roti dan minuman teh kemasan.
Selama 8 jam perjalanan darat dan akhirnya bus sampai di Ketapang, bus memasuki pelabuhan dan bersiap-siap menyeberang menuju Gilimanuk. Dari Ketapang kita bisa melihat kilau lampu dari pulau dewata.  Selama 2 jam lebih kami menaiki feri dan akhirnya tibalah kami di pulau yang terkenal dengan budayanya. Pemandangan yang tidak biasa yang pernah aku lihat beberapa hari yang lalu kini aku rasakan lagi. Pura di halaman rumah, janur, dan wangi dupa bukan hal yang aneh di Bali. selama hamper 3-4 jam tak terasa kami sudah sampai diterminal bus Ubung yang merupakan salah satu terminal terbesar di Bali. Turun dari bus kami langsung mengisi tenaga dengan makan nasi padang. Nasi padang kami anggap makanan yang aman ketika berada di Bali. *aman karena halal :D

Setelah mengisi tenanga, kami berencana meminjam sepeda motor sebagai kendaraan yang akan kami gunakan selama berada di Bali. Dengan diantar dua tukang ojek, kami menemukan tempat persewaan sepeda motor yang berada di sekitar jalan Imam Bonjol. Harga yang ditawarkan oleh sipemilik tidak begitu mahal yaitu 50 rb selama 24 jam. Harga akan berkurang apabila meminjam lebih lama serta dilengkapi dengan dua buah helm.
Setelah mendapatkan kendaraan, kami melanjutkan perjalanan ke bukit Jimbaran dimana lokasi tes diadakan. Kami berencana mencari penginapan murah yang dekat dengan lokasi tes agar mudah dan tidak terlibat kemacetan pada hari tes. Banyak penginapan yang terdapat sekitar kampus Udayanan. Harga permalam yang ditawarkan tergantung dengan fasilitas yang disediakan pemilik penginapan. Akhirnya setelah berkeliling-keliling kami mendapatkan sebuah penginapan yang murah dengan standar hotel bintang tiga. Harga yang di patok perkamar dengan fasilitas tv, air hangat, AC dan kulkas permalamnya adalah 150 ribu. Sangat beruntung sekali bisa menginap di sini, dan pelayanan dari yang punya juga ramah. Sayangnya saya lupa mengambil photo kamarnya sebagai gambaran dan perbandingan dengan penginapan lain.

Kami sengaja tiba di bali satu hari sebelum hari tes dengan maksud bisa beristirahat dan mempersiapkan diri untuk mengikuti tes kemampuan dasar yang diadakan di fakultas sastra. Sebelumnya pihak panitia memilih lokasi tes di fakultas hukum. Ada perasaan kecewa terhadap panitia tes CPNS Kemdikbud di Bali, beberapa informasi lokasi tes tidak jauh hari ditentukan dan minimnya informasi antara panitia dan peserta. Akhirnya, saat yang di tunggu kak sahar pun tiba. Setelah mempersiapkan diri aku ikut menemaninya pergi tes dan menunggu hingga selesai tes. Rasa kecewa terhadap panitia tes semakin besar dengan dipindahkannya lokasi tes yang sangat mendadak. Walaupun jaraknya tidak begitu jauh, tetapi kesalahan kecil seperti ini akan membuat semangat peserta menurun. Walaupun sudah agak lama menunggu di gedung yang semula di jadwalkan, untunglah ketika di pindahkan ke gedung lain kak sahar tidak begitu telat dan masi bisa mengerjakan soalnya. Jam 12 lebih akhirnya tespun selesai dan kami hanya bisa berdoa yang terbaik yang disiapkan Tuhan untuk kak sahar dan aku.

Liburan Setelah Tes
Besok harinya setelah berkemas dari penginapan kami berangkat ke Bedugul yang merupakan tujuan awal tempat wisata yang ingin kami kunjungi. Perjalanan kami tempuh dengan mengendarai motor selama 2 jam lebih. Kami menikmati perjalanan, walaupun cuaca di Bali tidak menentu kadang hujan kadang panas. Entah apa yang di pikirkan kak sahar ketika berangkat ke bedugul dia tidak menggunakan baju lengan panjang ataupun sweeter, sehingga dia hanya memakai baju kaos lengan pendek. Hasilnya dengan cuaca yang sangat panas kulitnya terbakar sinar matahari, parahnya ketika hampir sampai Bedugul tepatya di desa Baturiti hujan lebat turun dan kami kehujanan dan sempat berhenti menunggu hujan reda. Setelah melanjutkan perjalanan, tiba-tiba hujan turun lagi dan akhirnya kami nekat berhujanan sampai penginapan.

Setelah membenahi pakaian yang basah kami mencari makan disekitar danau Beratan. Sepanjang perjalanan menuju rumah makan Taliwang, saya terkesan dengan masyarakat disana karena mayoritas beragama muslim. Konon mereka datang dari Lombok dan mendirikan perkampungan muslim di Bedugul. Tidak hanya masjid, didesa itu terdapat pesantren dan beberapa spanduk yang bertuliskan selamat hari raya haji. Ini sangat menakjubkan sekali karena ditengah pulau yang mayoritas beragama hindu terdapat perkampungan islam yang taat. Dengan kondisi demikin, saya tidak ragu membeli makanan yang banyak terdapat di sepanajang jalan dananu Beratan. Kami memilih rumah makan ayam taliwang yang tepat berada di depan masuk danau. Memang sedikit mahal harga yang patok untuk sepotong ayam betutu yang saya pesan. Tetapi ini tidak menjadi masalah karena laparnya perut dan rasa ayam yang dibumbui kuning itu bisa mengisi tenaga untuk jalan-jalan hari berikutnya.

Pura Ulun Danu Bratan
Pukul 08.00 kami siap-siap berangkat ke danau. Setelah sarapan mi rebus, kami menuju pintu masuk pura. Pura ulun danu baratan sendiri buka 24 jam. Setelah membeli tiket, kami segera masuk dan mencari enggel yang bagus untuk mendapatkan gambar pura. Dengan teriknya panasnya matahari sedikit susah mendapatkan gambar bagus karena cahaya yang tidak stabil. Lingkungan sekitar pura yang sangat luas dan banyak taman-taman yang membuat kita betah berlama-lama di sekitar pura. Untungnya kami datang saat hari raya Galungan, sehingga kami bisa menyaksikan beberapa penduduk asli yang memakai pakaian khas bali yang berdoa disekitar pura. Di jalan pulang, banyak terdapat toko oleh-oleh yang menjual berbagai hasil kerajinan penduduk dan jajanan khas pegunungan seperti kerupuk ubi, kacang rebus, jagung manis dan stroberi sebagai oleh-oleh dari ulun danu.
Setelah puas berfoto-foto di pura ulun danu baratan, kami bersiap-siap kembali ke kuta dan berencana menetap satu malam di kuta. Perjalanan ke kuta sendiri kurang lebih kami tempuh 5 jam. Kami sengaja mengambil jalan lain untuk menuju pasar sukowati untuk membeli oleh-oleh yang terkenal murah. 1 jam lebih kami menghabiskan waktu berkeliling-keliling pasar dan mencari beberapa barang yang menarik. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan selama 11-2 jam ke Kuta dan mencari penginapan sekitar jalan Poopies II. Setelah mendapatkan penginapan, kami menyempatkan melihat sunset Pantai Kuta yang terkenal indah. Karena ini malam terakhir berada di bali, kami berencana jalan-jalan dan mengelilingi lokasi yang dekat dengan penginapan. Tetapi dengan tubuh yang begitu lelah, kami mengurungkan niat dan hanya mencari makan malam.

Hari kepulangan, aku dan kak sahar menyempatkan ke monumen bom Bali yang terletak di jalan Legian dan tidak begitu jauh dari penginapan. Jalanan legian pagi itu sangat sepi yang terlihat hanya penyapu jalan dan beberapa turis local yang berpoto. Sedangkan turis asing masih tertidur pulas karena kehidupan sekitar legian dan kuta selalu ramai dan akan terus ramai bila malam. Setelah sarapan pagi di penginapan, kami langsung berangkat membeli oleh-oleh di jogger dan lanjut  mengembalikan sepeda motor. Perjalanan ke terminal ubung untuk menaiki bus dan kembali ke jogja kami lanjutkan dengan menaiki angkot dengan membayar 10 ribu untuk dua orang. Sebelumnya kak Sahar sudah memesan bus yang sama yaitu wisata komodo. Jam 2 lebih bus berangkat dan sama seperti berangkat ke Bali, fasilitas yang ditawarkan memberi kenyamanan bagi penumpang.
Dalam perjalanan pulang, setelah makan malam di jember dan melanjutkan perjalanan pulang saya teringat kata-kata kak Sahar kalau di sekitar jember ke Purbolinggo ada gardu listrik terbesar di Indonesia yang kalau malam hari akan terlihat seperti yang terdapat di film City of Ember. Akhirnya kami melewati gardu dan berusaha mengambil photo walaupun tidak begitu jelas, tetapi sudah lumayan untuk kami sebagai kenangan. Bangunan gardu sangat terang dan sangat luas. Tidak banyak cerita dalam perjalanan pulang ini karena melewati malam dan tubuh yang lelah, akhirnya sekitar pukul 9 pagi kami sampai di jogja dan turun di janti.

Ada beberapa hal yang menarik yang tidak akan pernah saya lupa selama perjalanan:
  • Saya ingin sekali membeli salak Bali, karena belum musimnya jadi agak jarang yang menjual salak. Sampai akhirnya terbawa mimpi dan karena kasian kak sahar akhirnya bersedia mengantarkan membeli salak di Kuta. Senangnya mendapatkan apa yang diinginkan sampai harga 75.000/kg salak tidak masalah. Agak sedikit kecewa dengan harga yang sangat mahal untuk ukuran salak.
  • Selama di Bali, kami selalu makan di rumah makan padang. Dengan asumsi, rumah makan padang sudah jelas halalnya.
  • Kami selalu menggunakan GPS agar mengetahui arah jalan walaupun kadang kali kami salah jalan.
  • Aku dan kak sahar berharap kami bisa liburan dengan budget yang minim ala backpacker. Tetapi apa yang kami alami tidak seperti yang dibayangkan kami memang backpacker dengan budget besar.
Itulah cerita perjalanan liburan singkat aku dan kak sahar ke Bali, dan mungkin akan ada rencana perjalanan berikutnya yang akan aku ceritakan di postingan berikutnya. J
 
Pura Ulun Danu Beratan
 

Ayam Betutu
 
Danu Beratan
 
Narsis
 
 Pulangnya nyempetin makan duren :D


 

 Monumen bom Bali