“Tanggal 22 hari apa?"
“Minggu, kenapa kak?
Tanyaku”.
“Kamu jadi ke pare?”
“Iya jadi.”
“Aku anter kamu kesana.”
Tentereeeeeng…
asyiiikkkk…. J
bahagia yang tak tertahan. ..
Akhirnya setelah
memesan travel rute Jogja – Pare, aku dan sang kekasih berangkat jam 7 malam.
Dan berharap kita akan sampai di tujuan pada pagi hari. Berkeliling di kampung
inggris ini seperti mendapatkan surga baru bagiku, yang bosan akan rutinitas
yang gak jelas di Jogja. Belajar sambil refreshing alternative liburan terdahsyat
bagiku di akhir-akhir tahun ini. Sudah lama aku ingin ke kota ini dan merasakan
aroma inggris khas jawa.
Kak sahar sebagai
alumni dari kampung ini menjadi pemandu untuk mencari-cari tempat
kursus. Entah berapa kilometer kita berkeliling-keliling sampai akhirnya kakiku
pegal dan ingin membaringkan badan.
Pembicaraan panjang dan
sebuah perdebatan selalu mewarnai topik bahasan kami. Kukuh dengan pendapat
masing-masing sampai akhirnya rasa kesal dalam hati tidak mengurangi rasa sayang
dan keinginan untuk memeluk dan mencium. Ini yang aku suka dari dia, tidak
pernah marah, kesal, benci dengan omonganku dan keras kepalanya aku.
Sejujurnya, aku tidak pernah cemburu buta dan aku sangat percaya dengan apa
yang dia katakan. Perasaanku selalu tenang bersama dia.
Setelah seharian
melewati waktu bersama, akhirnya saat berpisahpun datang, sedih rasanya
mengingat aku sendiri di kota asing ini dan dia pergi meninggalkan aku untuk
tugas yang lebih penting.
“Aku akan jemput kamu 2 minggu lagi. Biarkan doa-doa kita yang
memeluk kerinduan kita”.
hari kedua sampai ke
ketujuh
Aku memberikan judul
ini karena rencana yang semula sampai hari ke empat belas malah tertunda
tujuh hari di pare. Panggilan tes mendadak ke Jakarta memaksa aku untuk cepat
berkemas dan mempersiapkan diri untuk menghadapi tes kemampuan dasar oleh
lembaga penyedia barang dan jasa. Sebagai pengangguran tingkat tinggi, aku
benar-benar mengharapkan sebuah pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan
keahlianku. Perasaan senang bercampur sedih melanda hari terakhirku belajar di
salah satu lembaga kursus di kampung bahasa inggris. Berteman dengan brondong
yang usianya jauh kebih muda membawa aku sedikit merasa menjadi ABG "alias anak baru gede" lagi. Maklum
saat ini usiaku sudah cukup dewasa untuk memikirkan nasib hidupku kedepan di banding mereka yang baru melepas celana abu-abu.
Selama belajar di
lembaga kursus yang aku pilih ini, aku mendapat banyak ilmu yang semula tidak
aku mengerti dengan bahasa inggris. Walaupun waktu seminggu sangatlah singkat,
tapi ada beberapa tutor yang berbaik hati memberikan kursus tambahan mengingat singkatnya
waktu yang aku miliki. Dan benar saja, sedikit perubahan dari cara membaca
bahasa burung yang rumit ini menjadi jelas untuk aku pahami. Memang benar kata
kak sahar, “ kamu hanya butuh membaca dan mengulang apa yang sudah pernah
diajarkan kepadamu”
Hari terakhirpun datang,
Aku sudah di
pare, aku temui kamu nanti
Antara senang dan
kesal, kenapa tidak ada kabar sebelumnya..
Hal semacam ini juga
bikin kita marah dan mungkin ini hal yang sepele untuk memisahkan kami.
Tapi untung, dengan
kesabaranku yang tersisa dan kesabaran kak sahar yang kuat, kami baikan lagi J
Sungguh laki-laki
idaman, mengantar dan menjemputku sebagai bentuk sayang dan wujud janjinya
kepadaku.
Mungkin kalau aku
ceritakan semua, kalian pasti akan iri dengan kisahku, jadi aku putuskan stop
dan menyambungnya untuk cerita berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar